Social Icons

Rabu, 10 Juli 2013

Apa sih Tiki Taka (Simbol sebuah kesederhanaan)

‘70-30, 65-35, 67-33, 75-25’ angka-angka ini adalah angka keramat (kalo sering nonton bola gak mungkin berpikir demikian), dua perbandingan angka-angka ini sering dilihat kalo Barcelona main, angka penguasaan bola dilapangan. Dan kalo emang sering nonton bola pasti tau kalo angka yang nominalnya besar-besar disebelah kiri itu tertuju buat Barcelona (Barca panggilannya), lalu teman bertanya ‘kok bisa gitu ya?? Kayaknya absolut banget’ dan seorang fanatik sepakbola menjawab ‘ini semua gara-gara pemberian ‘Tuhan’ atas bakat untuk pemain-pemain Barca dan pastinya semua karena filosofi bermainnya, Tiki Taka.’ Para penikmat sepakbola yang liat Barcelona dari Pep Guardiola sampe Tito Villanova sekarang juga pasti udah ‘familiar’ dengan Tiki Taka, permainan menyerang bola-bola pendek diimbangi dengan penguasaan bola (tambahan ‘bumbu’ Messi di Barca). Lalu kenapa Tiki Taka dikatakan sebagai simbol sebuah kesederhanaan? Kederhanaan yang merujuk pada dasar permainan Tiki Taka pastinya yang mengontrol bola dengan baik, pergerakan tanpa bola, umpan dan operan jarak pendek yang terarah (dilengkapi ‘bumbu’ Messi jadi lebih baik). Pola permainan Tiki Taka dikembangkan sudah sejak lama dari Total Football ( permainan menyerang ala Belanda dahulu kala, fleksibilitas posisi, bek maju kalo ada kesempatan, bek sayap ‘overlapping’), Johan Cyruff dan Frank Rikjaard mengembangkan (bukan pengembangan riset penelitian) Tiki Taka di Barcelona dengan penerapan taktik 4-3-3. Untuk selanjutnya disempurnakan Pep guardiola dengan penguasaan bola (Dengan ‘bumbu kematangan’ Messi), permainan Tiki Taka sampe sekarang masih susah diimbangi, kemenangan-kemenangan yang diraih lawan pun banyak dengan permainan ‘membentuk tembok Cina’ yang dibarengi dengan ‘Blitzkrieg’, numpuk pemain didepan gawang dan Boom! Serangan balik kilat (Barcelona kokoh didepan tapi keropos dibelakang). Yang bisa ngimbangin Barca maen cuma Arsenal sejauh ini, pas di liga champion di Emirates stadium, mengimbangi Barca dengan permainan menyerang bola-bola pendek dan cepat (Wilshere jadi Man Of the Matchnya saat itu), dan naasnya memilih bertahan di Nou Camp, MU juga pernah ngeladenin Barca dengan maen terbuka di final liga champion dua kali tapi tetep kalah ( kalah, tapi dengan hormat paling gak..tapi ya tetep,kalah ya kalah). Tiki Taka emang berisiko kalo diserang balik cepat tapi kalo lawan gak disiplin bertahan, kekalahan telak menanti pastinya, Tiki Taka belakangan banyak diikuti klub-klub lainnya, liat saja Swansea City yang musim lalu diasuh Brendan Rodgers dan banyak orang ngasih julukan ‘Swansealona’ dan sekarang Rodgers pindah ke Liverpool, juga ingin menerapkan Tiki Taka. Dibalik permainan Tiki Taka yang menghibur, memang tepat jika menyebutnya sebagai simbol kesederhanaan, penguasaan bola yang baik dan dasar-dasar mengoper serta mengumpan yang terarah (Xavi kalau lagi mood bisa sampe 200 an operannya di satu pertandingan, gak mood bisa 180 an), tanpa menampik filosofi bermain lainnya kayak pertahanan grendel ala catenaccio, bola-bola atas, serangan balik kilat, penyerangan total ala tota football, tapi memang untuk saat ini Tiki Taka yang terbaik dari kesederhanaan yang diberikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Realeted Post